Al-Qur'an menggambarkan bahwa syaitan terbagi atas dua jenis, yaitu setan dalam wujud jin dan manusia. Dari sini terdapat indikasi bahwa setan tidak selalu identik dengan iblis.
"Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)"
"Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaitan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127)"
"Sementara itu, Ibnu Jarir menyatakan syaitan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka baik jenis jin, manusia, atau hewan, atau dari segala sesuatu"
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata: "Aku datang kepada Nabi Muhammad SAW dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Beliau menyatakan: "Wahai Abu Dzar, apakah engkau sudah shalat?" Aku jawab: "Belum Ya Rasulullah." Beliau mengatakan: "Bangkit dan shalatlah." Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Rasulullah berkata: "Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan syaitan manusia dan jin". Abu Dzar berkata: "Wahai Rasulullah, apakah dikalangan manusia ada syaitan?" Rasulullah menjawab: "Ya".
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: "Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu dan keshahihannya." (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi SAW dalam riwayat muslim: "Anjing hitam adalah setan." Ibnu Katsir menyatakan: "Maknanya yaitu, syaitan dari jenis anjing." (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173). Ini merupakan pendapat Qatadah, Mujahid dan dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Daftar pustaka: Saepulloh, Aep. 2008. Kehadiran Ayat-Ayat Iblis. Depok: Shuhuf.
Mohon izin jika ingin meng-copy artikel ini.
Mohon izin copy gambar, :)
ReplyDelete